Thursday 9 January 2014

Cacar Air

Cacar air atau chickenpox, dalam istilah kedoteran disebut Varicella,  adalah penyakit sebabkan oleh virus dengan nama Varizella-Zoster-Virus (VZV). Penyakit ini sangat mudah menular karena virus ini bisa tersebar melalui udara hingga beberapa meter. Cacar air biasanya meyerang anak kecil dan orang yang terkena cacar air meninggalkan kekebalan seumur hidup. Gejala klinisnya termasuk sakit kepala, dan munculnya ruam kuliat yang gatal di sertai lenting berisi cairan. Karena cacar air merupakan infeksi virus, maka pengobatan dilakukan hanya menghilangkan simptoma yang ada. dalam kasus tertentu, seperti pada pasien dgn sistem kekebalan rendah, terapi bisa dilakukan dengan memberi antiviral drug (obat anti virus). Walaupun penyakit cacar air ini menghilang, virus penyebabnya-VZV- bisa tetap menetap puluhan tahun didalam ganglion/simpul syaraf di tulang belakang dan syaraf otak dan suatu saat bisa terjadi re-aktivasi virus dan kembali muncul sebagai penyakit baru bernama herpes zooster. Untuk pencegahan tersedia vaksinasi, biasanya di berikan bersama imunisasi MMR.


Varizella-Zoster Virus

Virus penyebab cacar air, Varizella-ZosterVirus, sesuai dengan taksonomi  dinamakan juga Virus Herpes Simpleks-3. Virus ini termasuk dalam famili Herpesviridae, dengan subfamili Alphaherpesviridae.   Semua virus dengan famili ini mempunya struktur yang sama yaitu teridiri dari envelope ( selubung) dari lipid, dan didalamnya memiliki capsid berbentuk icosahedral. Didalam capsid tersimpan DNA virus yang berbentuk linear double standed (dsDNA). Jenis virus ini tersebar di seluruh dunia dan paling sering menyerang anak-anak. VZV sangat jarang menyebabkan infeksi yang sampai menimbulkan kematian, tetapi untuk ibu hamil dan orang dengan daya tahan tubuh yang sangat rendah, seperti penderita aids, bisa menimbulkan komplikasi yang serius.

Patogenesis

Tempat masuknya virus ke dalam tubuh terutama dari selaput lendir (membran mukosa)  pernapasan bagian atas dan conjunktiva. Virus kemudian be-replikasi( berkembang biak)  di nodus limfa terdekat dan sampai ke aliran darah( virämie). Sirkulasi virus dalam darah terjadi masih dalam masa inkubasi dan akhirnya sampai ke organ tubuh yaitu limpfa dan hati. Setelah terjadi replikasi lagi birus  kemudian menyebar menyerang sel2 monosit dalam darah dan akhirnya sampai ke kulit. Kemudian virus bisa di tersebar melalui udara (aerosol) dari penderita. Infeksi virus berakhir seiring dengan efek cytopathogen dari virus ini yang muncul sebagai ruam kulit yang gatal di sertai lenting berisi cairan. Bersamaa dengan itu, HZV menyerang simpul syaraf di daerah lumbal tulang belakang. Bertahun2 kemudian,biasanya mulai umur 45 tahun, bisa terjadi re-aktivasi virus dan terjadinya radang dalam simpul syaraf tersebut. Sehingga bagian kulit dengan jaringan syaraf tersebut muncul herpes zooster.

Komplikasi

Pada kebanyakan kasus pada anak-anak  penyakit cacar berlangsung tanpa komplikasi. Karena itu pasien yang harus rawat inap di rumah sakit tergolong rendah. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah adanya superinfeksi dari bakteri di tempat hasil garukan luka cacar, penyebabnya terutama staphylococcus. Selain itu, radang paru-paru ( pada orang dewasa sekitar 0,2-0,3%), adanya gangguan keseimbangan/koordinasi tubuh ( Ataksia) atau terjadinya sepsis yang berasal dari luka garukan( pada anak kecil sekitar 2-3 dari 10.ooo kasus). Komplikasi yang cukup berat lainnya yaitu terjadinya sindrom reye; ensepalitis atau meningitis; gangguan fungsi hati dan keluhan persendian. Perubahan struktur pembuluh darah (angiopati), yang bisa menimbulkan stroke, juga sebagai salah satu komplikasi cacar air yang jarang terjadi.

Cacar air selama kehamilan

Hanya sekitar 3-4% wanita dalam usia produktif  tidak memiliki antibody terhadap virus varicella-zoster dan kemungkinan besar bisa terserang, tetapi kasus cacar air selama kehamilan bisa dikatakan cukup  jarang karena hanya 1-7 kasus dari 10.000 kasus kehamilan. Adanya kemungkinan terjadinya akibat  atau komplikasi yang tidak di inginkan baik untuk ibu hamil maupun si janin mengharuskan penderita cacar mendapat perawatan dan perhatian khusus dari dokter. Sebaliknya munculnya penyakit zooster  selama kehamilan tidak beresiko untuk sang ibu hamil maupun si janin karena disatu sisi tidak terjadi penyebaran virus melalui darah yang bisa menyerang janin, di sisi lain sang ibu justru memproduksi antibody melawan virus tersebut dan setelah mencapai tubuh si janin, antibody akan memproteksi janin untuk tidak terinfeksi.

Congenital Varicella Syndrom

Sebutan lain untuk ini juga Fetal Varicella-(Zoster) Syndrom atau sindroma cacar air pada bayi di perut ibu. Proses penularan dari ibu hamil ke janin bisa terjadi selama kehamilan karena virus ini bisa menembus plasenta dan menyebar dalam tubuh janin. Seberapa beratnya komplikasi atau gangguan yang terjadi pada janin sangat bergantung pada waktu terjadinya infeksi dengan umur kehamilan. Akibat sindrom ini sangan beragam, mulai dari infeksi biasa tanpa simptom berarti sampai terjadinya aborsi. Terdapat hanya sekitar satu perempat kasus cacar air selama kehamilan yang memungkinkan terjadinya penularan ke bayi dan dari sekian kasus yang ada itu, hanya beberapa persen saja yang terkena Congenital Varicella Syndrom, karena itu terjadinya embriopati atau fetopati pada janin cuma sekitar 1-2% dari seluruh kehamilan dengan cacar air. Terdaftar ada sekitar 112 kasus terjadinya sindroma ini sejak pertama kali ditulis pada tahun 1947. Simptoma yang paling sering terjadi yaitu kerusakan/gangguan kulit ( sekitar 75%), diikuti oleh gangguan sistem syaraf ( terjadinya atropi/penyusutan  sel2 otak dan tulang belakang, kelumpuhan, muculnya kejang2, dll) yang hampir sekitar 2/3 dari kasus yang ada. Juga adanya gangguan mata atau kelainan dalam pembentukan kerangka pada setiap 1 dari 2 kelahiran. Kerusakan organ tubuh dan otot jarang di jumpai. Setidaknya 25-30% dari bayi yang lahirkan meninggal dunia. Hampir 80% semua congenital varicella syndrom terjadi setelah sang ibu terifeksi antara minggu ke-9 sampai ke-20 kehamilan, walaupun begitu resiko terjadi komplikasi tetap ada mulai minggu ke-5 sampai minggu ke-20 kehamilan.

Herpes Zooster

Sekitar 20% dari orang yang pernah terkena cacar air dalam hidupnya, suatu saat akan terinfeksi herpes zooster minimal sekali seumur hidup. Biasanya infeksi ini terjadi mulai umur 45 tahun. Penyebabnya karena virus yang sama bisa tetap bertahan hidup puluhan tahun dalam simpul syaraf spinal. Sehinggapada saat daya tahan tubuh menurun, bisa juga karena stress, terjadi reaktivasi virus dan muncul penyakit  herpes zooster. Penderita dengan zooster bisa menularkan cacar air kepada orang lain yang belum kebal, tetapi sebaliknya orang yang terkena cacar tidak akan menyebabkan yang orang lain terkena zoster.

Terapi

Varicella bisa sembuh dengan sendirinya.pengobatan cacar air ini terutama dibatasi untuk penganggulangan keluhan yang ada, penggunaan obat untuk kasus ringan tidak di perlukan.  Keluhan itu antara lain adanya rasa gatal2 di kulit, bisa di bantu dengan  menaruh kompres dingin dan lembab atau menabur bedak tertentu. Bagi anak kecil di anjurkan untuk memotong kuku jari supaya tidak terjadi luka garukan dan bahaya terjadinya superinfeksi oleh bakteri di bekas luka garukan. Kalau terjadi demam bisa di berikan parasetamol atau ibuprofen, pemberian asam salisilat (aspirin) tidak di anjurkan untuk anak kecil untuk menghindari terjadinya Sindrom Reye. Obat anti virus, seperti asiklovir, bisa di berikan pada anak di atas 2 tahun untuk membantu penyembuhan atau me-minimalisir infeksi jika di berikan dalam waktu 24 jam pertama. Untuk penderita dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, seperti pada pengidap HIV, pemberian obat harus selalu  dilakukan.

Pencegahan/Profilaktis

Pre-exposure Prophylaxis  (PEP)

Yang di maksud dengan PEP yaitu di lakukannya proses pencegahan supaya tidak terjadi kontak dengan kuman, sehingga kemungkinan terjadi infeksi minimal. Dalam hal ini proses terjangkitnya cacar air di sekitar lingkungan rumah sebenarnya tidak membutuhkan perlakuan khusus, dianjurkan supaya penderita menghindari tempat2 umum supaya tidak menjangkiti yang lainnya. Di dalam keluarga misalnya, bagi anggota keluarga yang punya risiko tertentu (misalnya anak yang belum di vaksin) sebaiknya menghindari atau tidak berdekatan dengan penderita. Sebaliknya orang yang sudah pernah terkena cacar air tidak ada resiko terjangkit untuk kedua kalinya. Lain lagi halnya untuk pasien di rumah sakit dan terinfeksi cacar air, pasien harus di isolasi/karantina di kamar tertentu untuk menghindari tersebarnya virus ke pasien lainnya, terutama yang sekamar.

Post-exposure Prophylaxis ( PreEP)

PreEP maksudnya mencegah suatu kuman penyakit yang sudah masuk ke dalam tubuh supaya tidak muncul sebagai gejala klinis atau menghindari komplikasi yang mungkin terjadi. Pencegahan ini di lakukan dengan memberikan antibody atas Virus Varicella-Zoster ke dalam tubuh orang yang kemungkinan besar terjangkiti, yaitu untuk ibu hamil yang tidak di vaksin atau tidak terkena cacar air sebelumnya; pasien dengan gangguan fungsi sistem kekebalan tubuh ( terutama jika imunitas terhadap VZV tidak diketahui); dan bayi yang baru lahir yang ibunya 5 hari sebelum atau 2 hari sesudah kelahiran terkena cacar air. Untuk orang2 dengan risiko tersebut di suntikkan preparat  Immunoglobulins (Ig)-Varizella-Zoster dalam waktu 96 jam pertama supaya cacar air tidak muncul ke permukaan.

Vaksinasi

Pencegahan yang paling baik di lakukan yaitu dengan di vaksinasi terutama buat anak-anak. Vaksin berisi virus cacar air yang sudah di lemahkan sehingga virus masih berkembang biak di dalam tubuh tanpa meyebabkan gejala klinis.  Vaksinasi bisa dilakukan pada bayi yang berumur  12 bulan. Pada anak mulai umur 13 tahun, orang dewasa atau bayi yang mendapat vaksin pertama kali kurang dari 12 bulan, harus di berikan vaksin ke dua dengan waktu minimal 6 minggu sesudah pemberian vaksin pertama. Untuk orang dengan sistem imum normal biasanya mendapat kekebalan kira2 dalam 4 (+/- 1) minggu sesuah suntikan pertama. Tujuan pemberian vaksin dua kali  ini untuk menaikkan tingkat kekebalan tubuh dari sekitar  72 menjadi 90%.

Indikasi untuk Vaksinasai

Di Indonesia vaksinasi dilakukan untuk anak dengan umur sekitar 11 sampai 18 bulan, paralel dengan pemberian vaksin MMR atau beberapa saat sesudahnya. Orang yang belum pernah terkena cacar air antara umur 9 sampai 17 tahun sebaiknya tetap di vaksinasi. Selain itu vaksin  tetap di anjurkan untuk orang yang beresiko seperti wanita yang tidak kebal sebelum hamil; pasien dengan penyakit neurodermitis; penderita leukimia; pasien yang akan menjalani pengobatan dengan imunosupresi atau transplantasi; petugas kesehatan (seperti dokter dan suster), terutama di klinik anak, tempat persalinan, klink onkologi ( dengan pasien2 penderita kanker), dan bagian gawat darurat(ICU) sebuah rumah sakit; dan juga untuk karyawan atau guru yang berhubungan dengan anak kecil.

Kontraindikasi untuk Vaksinasi

Vaksin tidak di bisa berikan untuk orang  sakit akut dengan demam tinggi ( >38,5°C ). Secara umum, orang yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah juga tidak di vaksinasi, tetapi dalam kasus tertentu bisa terjadi pengecualian atau bahkan di haruskan. Selain itu, Vaksinasi tidak dilakukan selama kehamilan karena virus bisa ditularkan ke tubuh janin, dan dengan alasan yang sama sebaiknya tidak terjadi kehamilan dalam waktu kurang dari 3 bulan sesudah divaksin. Kalaupun hal ini terjadi, misalnya karena tidak diketahui adanya kehamilan dan secara tidak sengaja tetap di vaksin, maka tidak ada alasan untuk menggugurkan kandungan, karena sampai saat ini belum ada bukti terjadinya kecacatan atau gangguan lainnya pada janin.

Sumber: infeksi.wordpress.com

0 comments:

Post a Comment